;

Histats Statistic

<-! Histats.com (div dengan counter) -> < div id = "histats_counter" > <-! Histats.com MULAI Histats.com END ->

Kamis, 12 September 2013

Ash-Shirothul-Mustaqim

Kamis, 12 September 2013

Jalan yang lurus itu hanya satu, tunggal dan dapat diketahui secara jelas dan gamblang sekali oleh umat Islam seluruhnya tanpa terkecuali.
Sedangkan jalan yang bengkok dan sesat itu banyak sekali dan memang dibuat banyak
Firman Allah SWT dalam QS : Al An'am : 153

¨153.  Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)  (152) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertaqwa.

Jalan yang menghantarkan  kepada Allah hanya satu yaitu melalui rasulnya nabi Muhammad SAW yang telah diberi wahyu Al-Qur'an. tak ada seorangpun dapat bertemu dengan Allah SWT selain dengan jalan ini. Seandainya manusia mengambil selain jalan ini, maka dia pasti telah mengambil jalan buntu. karena Allah sendiri berada di atas jalan yang lurus.
Firman Allah SWT QS:Hud:56

[11:56] Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melatapun723 melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya724. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus725."




Alwafi Fauzi - 10.50

Minggu, 31 Maret 2013

BAHAYA TAMAK/RAKUS TERHADAP HARTA DAN KEDUDUKAN

Minggu, 31 Maret 2013

. Tidak salah manusia mencintai harta kekayaan yang banyak berlimpah ruah, tetapi hendaklah sadar bahwa itu hanya sekedar bisa dini’mati ketika hidup di dunia yang sifatnya sementara, sedangkan kesenangan yang sesungguhnya adalah di sisi Allah SWT (surga). (QS. Ali ‘Imraan : 14)



زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang kepada hamba-Nya mengarahkan dengan jelas dan tegas dalam hidup ini agar mencari kebahagiaan hidup di akhirat kelak, adapun tentang keduniaan, sekedar jangan dilupakan, (QS. Al-Qashash : 77)

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Dunia bukan tempat kebahagiaan, tetapi tempat bekerja keras untuk mempersiapkan bekal mencapai kebahagiaan hidup di akhirat. Allah SWT sudah mengingatkan bahwa kesenangan, kebahagiaan, apapun yang dirasakan oleh manusia di dunia, tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Ali ‘Imraan : 185 dan QS. Al-Hadiid : 20).

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

Manusia sekarang ini pada umumnya sudah tidak memperhatikan peringatan Allah SWT tersebut, manusia memandang orang yang bahagia adalah orang yang mempunyai harta yang banyak dan mempunyai jabatan/kedudukan yang tinggi.

Oleh karena itu mereka beramai-ramai berebut kekayaan dan kedudukan dengan jalan apapun, kalau perlu dengan membeli/suap untuk memperoleh suatu jabatan/kedudukan. Rasulullah SAW pernah menasehati Abu Dzarr, bahwa jabatan itu adalah suatu amanat yang akan dipertanggungjawabkan dan menjadi penyesalan nanti pada hari qiyamat, maka jangan minta suatu jabatan atau kedudukan apapun (HR. Muslim). Rasulullah SAW juga bersabda :

اِنَّا وَ اللهِ لاَ نُوَلّى عَلَى هذَا اْلعَمَلِ اَحَدًا سَاَلَهُ وَ لاَ اَحَدًا حَرَصَ عَلَيْهِ. البخارى و مسلم

Demi Allah, kami tidak akan mengangkat seseorang dalam jabatan ini pada orang yang menginginkan, dan tidak (pula) pada orang yang berambisi pada jabatan itu. [HR. Bukhari dan Muslim]

Orang yang sudah sangat berambisi untuk menempati suatu jabatan dan ingin memiliki harta yang banyak, merasa menjadi orang yang mulia dan terhormat dengan itu semua, mata menjadi gelap, hati menjadi rakus, berusaha dengan jalan apapun akan ditempuh tanpa peduli ini halal atau haram, dan tanpa berpikir akibat dari perbuatan itu semua.

Tidak sedikit di negeri ini manusia-manusia semacam itu, kalau kita lihat dan kita baca, baik di layar TV maupun di media cetak, dari kalangan legislatif, eksekutif, yudikatif maupun pimpinan organisasi. Berapa banyak dari mereka yang melakukan suap-menyuap, korupsi, manipulasi dengan segala jenisnya. Sikap semacam itu hampir merata terjadi dari kalangan atas sampai pejabat kalangan bawah di negeri ini, dengan tujuan untuk menjadi orang terhormat dan bahagia karena memiliki banyak harta, dan punya jabatan di masyarakat.

Tetapi apa yang terjadi ? Setelah tertangkap KPK kekayaan hasil korupsi dan jabatannya ternyata tidak menjadikan dirinya mulia dan bahagia. Rumah mewah yang dimiliki tidak bisa dini’mati, terpaksa harus tidur di hotel prodeo, di balik jeruji besi, namanya jatuh akibat dari gelap mata dan didorong oleh kerakusan hati. Itu baru hukuman di dunia, besok di akhirat akan merasakan penderitaan yang lebih dahsyat lagi.

Oleh karena itu rakus terhadap harta dan kedudukan sangat berbahaya, akan membawa kesengsaraan pada diri sendiri dan keluarganya, bahkan orang lain juga kena dampaknya dari itu semua. Rasulullah SAW bersabda, “Sifat thama’ dan rakus terhadap harta dan kedudukan lebih merusak agama seseorang daripada dua serigala yang lapar yang dilepas di tengah-tengah kawanan kambing”.

مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ اُرْسِلاَ فِى غَنَمٍ بِاَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ اْلمَرْءِ عَلَى اْلمَالِ وَ الشَّرَفِ لِدِيْنِهِ. الترمذى

Kerusakan agama seseorang yang disebabkan oleh sifat thamak dan rakus terhadap harta dan kedudukan lebih parah daripada kerusakan yang timbul dari dua serigala yang lapar yang dilepaskan dalam rombongan kambing. [HR. Tirmidzi]

Maka marilah kita jaga diri kita, keluarga kita, jangan sampai mempunyai sifat yang merusak keyaqinan terhadap agama kita, yaitu sifat rakus terhadap harta dan jabatan, yang akan memembawa akibat kesengsaraan, penderitaan hidup di dunia ini dan di akhirat kelak.

Alwafi Fauzi - 19.30

Senin, 18 Maret 2013

LOGIKA HARTA SEBENARNYA

Senin, 18 Maret 2013

Time is Money, Waktu Adala Uang!. Tak sempat waktu untuk memikirkan selain mencari uang. Bisikan untuk mencari, menambah dan menjaga harta meliputi hari-hari yang telah dan akan dilalui. Dengan dalih masih muda, masih produktif dan selagi bisa!.sehingga dia lupa akan sang penentu, yakni Allah swt.

قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِندِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِن قَبْلِهِ مِنَ القُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعاً وَلَا يُسْأَلُ عَن ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ
Karun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka (QS.28:78)

Sahabat, manusia umumnya gemar menumpuk atau menimbun harta. Namun mungkin tak pernah disadari bahwa harta mereka yang hakiki. Harta hakiki adalah yang disuguhkan pada kebaikan, yang habis ditunaikan dijalan Allah swt.

Banyak orang berlomba-lomba mencari harta dan menabungnya untuk simpanan di hari tuanya. Menyimpan harta tentunya tidak dilarang selagi ia mencarinya dari jalan yang halal dan menunaikan apa yang menjadi kewajibannya atas harta tersebut, seperti zakat infaq dan nafkah yang wajib.

Namun ada tabungan yang jauh lebih baik dari itu, yaitu amal ketaatan dengan berbagai bentuknya yang ia suguhkan untuk hari akhir nanti. Sebuah hari, dimana waktu itu tidak lagi bermanfaat adanya harta, anak, dan kedudukan. Yang bermanfaat hanyalah record amalan dengan parameter dasar dan keikhlasan.

Harta memang membuat silau para pecintanya dan membius mereka sehingga seolah harta segala-galanya. Tak heran jika banyak orang menempuh cara yang tidak dibenarkan oleh syariat dan fitrah kesucian seperti korupsi, suap, menipu dan bahkan mencuri. Padahal betapa banyak orang bekerja namun ia tidak bisa mengenyam hasilnya. Tidak sedikit pula orang menumpuk harta namun belum sempat ia merasakannya, kematian telah menjemputnya sehingga hartanya berpindah kepada orang lain. Orang seperti ini jika tidak memiliki amal kebaikan maka ia rugi di dunia dan di akhirat. Sungguh betapa sengsaranya. Maksud hati ingin hidup 1000tahun apadaya takdir menjemput dimasa kesuksesannya.

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَاباً وَخَيْرٌ أَمَلاً
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS.18:46)

مَا عِندَكُمْ يَنفَدُ وَمَا عِندَ اللّهِ بَاقٍ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُواْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS.16 : 96)

Kasih sayang Allah Swt terhadap hamba-Nya begitu luas. Kalau saja orang kafir dan ahli maksiat di dunia ini masih selalu diberi rizki oleh Allah Swt, padahal mereka berada di atas kesesatannya, MAKA tentunya orang yang beriman dan beramal shalih akan mendapatkan berbagai limpahan nikmat dan karunia-Nya di dunia ini, serta terus bersambung hingga di hari kiamat nanti.

Tentunya yang menjadi kunci adalah Ihtiar dan Doa. Sehingga Allah tidak segan mengalirkan rizki yang Halal, cukup dan berkah untuk hamba beriman. Sedangkan untuk orang kafir dan ahli maksiyat hanya akan menambah kesesatannya.

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS.16:97)

Orang yang menggabungkan antara iman dan amal shalih akan Allah Swt beri kehidupan yang baik di dunia ini, berupa tentramnya jiwa dan rizki yang halal lagi baik. Adapun di akhirat kelak, dia akan memperoleh berbagai kelezatan yang mata belum pernah melihatnya, telinga belum pernah mendengarnya, dan belum pernah terbetik dalam hati manusia. Itulah bentuk luasnya cinta Allah Swt di akherat dengan dilipatgandakannya pahala amalan. Dan hanya berlaku untuk hamba beriman.

مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَن جَاء بِالسَّيِّئَةِ فَلاَ يُجْزَى إِلاَّ مِثْلَهَا وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (QS.6:160)

‘Aisyah RA pernah menuturkan bahwa dahulu sahabat menyembelih kambing, maka Nabi Saw bertanya: “Apa yang masih tersisa dari kambing itu?” ‘Aisyah berkata: “Tidak tersisa darinya kecuali tulang bahunya.” Nabi Saw bersabda: “Semuanya tersisa, kecuali tulang bahunya.” (HR. At-Tirmidzi).

Maksudnya, apa yang kamu sedekahkan maka itu sebenarnya yang kekal di sisi Allah Swt dan yang belum disedekahkan maka itu tidak kekal di sisi-Nya.

Wahai sahabat, gunakanlah waktu yang sempit dan umur yang misterius didunia ini. Lekas konversikan harta dalam bentuk amalan kebaikan. Utamakanlah mengisi tabungan untuk Akherat dibandingkan dunia, agar kita beruntung di kehidupan yang abadi kelak.

Alwafi Fauzi - 06.56

Jumat, 15 Maret 2013

TULISAN SAUDARAKU TENTANG : SIFAT-SIFAT TAWADU’

Jumat, 15 Maret 2013


Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya menyebutkan pujian bagi orang-orang yang tawadhu’ dan mengancam orang yang sombong. Tidak ada keutamaan seseorang terhadap yang lain kecuali nilai takwanya. Alloh عزّوجلّ berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Alloh ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. al-Hujurot [49]: 13)
Yang menjadi ukuran kemuliaan di hadapan Allah adalah ketakwaan, bukan banyaknya harta, tingginya pangkat atau kemuliaan nasab. Salah satu perangai ketakwaan yang dianjurkan dalam agama adalah sifat tawadhu’. Marilah kita berusaha menjadi mulia dengan tawadhu’

Pengertian Tawadhu’
1. Tawadhu’ secara bahasa bermakna rendah terhadap sesuatu.
2. Sedangkan secara istilah adalah menampakkan perendahan hati kepada sesuatu yang diagungkan. Ada juga yang mengatakan tawadhu’ adalah mengagungkan orang karena keutamaannya.
3. Tawadhu’ adalah menerima kebenaran dan tidak menentang hukum.

Tidak ada yang mengingkari, tawadhu’ adalah akhlak yang mulia. Yang menjadi pertanyaan, kepada siapa kita merendahkan hati? Bagaimana caranya dapat menjadi mulia dengan tawadhu’?
Alloh عزّوجلّ menyifati hamba yang dicintai-Nya dalam firman-Nya;
أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ
“Yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir.” (QS. al-Maidah [5]: 54)

Tawadhu’ adalah akhlak yang agung dan ia tidak sah kecuali dengan dua syarat;
Pertama: Ikhlas karena Alloh عزّوجلّ semata. Rosululloh صلي الله عليه وسلم bersabda;
وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
“Tidaklah seseorang tawadhu’ karena Alloh, kecuali Alloh akan angkat derajatnya.” (HR. Muslim: 2588)
Kedua: Kemampuan
Rosululloh صلي الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ تَرَكَ اللِّبَاسَ تَوَاضُعًا لِلَّهِ وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَيْهِ دَعَاهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنْ أَيِّ حُلَلِ الْإِيمَانِ شَاءَ يَلْبَسُهَا
1. “Barangsiapa yang meninggalkan pakaian (Yaitu pakaian yang bagus dan mahal)

karena tawadhu’ kepada Alloh ( Maksudnya bukan karena ingin dikatakan dia adalah orang yang tawadhu’, zuhud atau lainnya. (Tuhfatul Ahwadzi 7/154, Mubarok Fury))
padahal dia mampu, maka Alloh akan memanggilnya pada hari kiamat di hadapan seluruh makhluk hingga Alloh memberinya pilihan dari perhiasan penduduk surga, ia bisa memakainya sekehendaknya.” HR. Tirmidzi: 2481, Ahmad 3/439, Hakim 4/183, Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 8/48 dll. Hadits ini dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shohihah no.718


Tidaklah sifat yang terpuji melainkan menyimpan keutamaan. Di antara keutamaan sifat tawadhu’ adalah;
1. Menjalankan perintah Alloh عزّوجلّ
Alloh عزّوجلّ berfirman:
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.” (QS. asy-Syu’aro [26]: 215)
Syaikh Ibnu Utsaimin رحمه الله berkata: “Maksudnya adalah tawadhu’, karena orang yang sombong melihat dirinya bagaikan burung yang terbang di angkasa, maka Alloh عزّوجلّ memerintahkan untuk merendahkan sayapnya dan merendahkan diri terhadap orang-orang beriman yang mengikati Nabi صلي الله عليه وسلم.’” (Madarij as-Salikin 2/379, Ibnul Qoyyim, Fathul Bari 11/341, Ibnu Hajar)

2. Menjauhkan diri dari sifat sombong,Alloh عزّوجلّ membenci orang yang sombong
Alloh سبحانه و تعالي berfirman:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman [31]: 18)
Sahabat mulia Ibnu Abbas رضي الله عنهما berkata: “Yaitu janganlah kamu sombong, sehingga membawa kalian merendahkan hamba Alloh dan berpaling dari mereka jika mereka berbicara kepadamu.”

3. Menjadikan perangai yang baik.
Alloh عزّوجلّ berfirman:
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْناً وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَاماً
“Dan hamba-hamba Alloh yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. al-Furqon [25]: 63)
Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله mengatakan: “Firman Alloh عزّوجلّ berjalan di atas bumi dengan rendah hati yaitu mereka berjalan dengan tenang, penuh dengan ketawadhu’an, tidak congkak dan sombong.”

4. Memudahkan jalan menuju surga
Alloh سبحانه و تعالي berfirman:
تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوّاً فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَاداً وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik) itu (surga) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Qoshos [28]: 83)

5. Mengangkat derajat seorang hamba.
Selayaknya bagi setiap muslim untuk berhias diri dengan sifat tawadhu’ karena dengan tawadhu’ tersebut Alloh akan meninggikan derajatnya. Rosululloh صلي الله عليه وسلم bersabda;
وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
“Tidaklah seseorang tawadhu’ karena Alloh kecuali Alloh mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim: 2588)
Imam an-Nawawi رحمه الله berkata: “Hadits ini mempunyai dua makna:
Pertama: Alloh سبحانه و تعالي akan meninggikan derajatnya di dunia, dan mengokohkan sifat tawadhu’nya dalam hati hingga Alloh عزّوجلّ mengangkat derajatnya di mata manusia.
Kedua: Pahala di akhirat, yakni Alloh عزّوجلّ akan mengangkat derajatnya di akhirat disebabkan tawadhu’nya di dunia.

6. Mendatangkan rasa cinta, persaudaraan dan menghilangkan kebencian.
Rosululloh صلي الله عليه وسلم bersabda:
وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
“Sesungguhnya Alloh mewahyukan kepadaku agar kalian tawadhu’, hingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya atas orang lain dan tidak ada lagi orang yang menyakiti atas orang lain.” (HR. Muslim: 2865)

Jenis Tawadhu’:

Jenis Pertama: Tawadhu’ yang terpuji
Yaitu tawadhu’nva seorang hamba ketika melaksanakan perintah Alloh عزّوجلّ dan meninggalkan larangan-Nya. Karena jiwa ini secara tabiat akan mencari kesenangan dan rasa lapang serta tidak ingm terbebani sehingga akan menimbulkan keinginan lari dari peribadatan dan tetap dalam kesenangannya. Maka apabila seorang hamba mampu menundukan dirinya dengan melaksanakan perintah Alloh dan menjauhi larangan-Nya, sungguh ia telah tawadhu’ dalam peribadatan.
Jenis Kedua: Tawadhu’ yang tercela
Yaitu tawadhu’nya seseorang kepada orang yang mempunyai pangkat dunia karena berharap mendapat bagian dunia darinya.Orang yang memiliki akal sehat dan selamat tentunya ia akan berusaha meninggalkan tawadhu’ tercela ini dan akan berusaha berhias dengan sifat tawadhu’ yang terpuji.

TINGKATAN TAWADHU’
Pertama: Tawadhu’ di dalam agama
• Yaitu patuh dan mengerjakan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad صلي الله عليه وسلم secara pasrah, runduk dan taat. Hal itu tidak bisa terwujud kecuali dengan tiga perkara;
1. Tidak mempertentangkan ajaran yang dibawa oleh Nabi صلي الله عليه وسلم dengan akal, analogi, perasaan, atau siasat.
2. Tidak menuduh bahwa dalil-dalil dalam agama ini adalah cacat dan jelek serta berprasangka bahwa dalil-dalil agama ada yang kurang, atau yang lainnya lebih utama. Barangsiapa yang terlintas dalam pikirannya hal seperti ini, maka salahkanlah pemahamannya.
3. Tidak menyelisihi nash dan dalil yang telah tetap.

Kedua: Menerima kebenaran dari orang yang dicintai atau yang dibenci
• Tidak termasuk sikap tawadhu’ adalah menolak kebenaran dikarenakan ia berasal dari musuh.
Ketiga: Menjunjung al-haq
• Yaitu menjadikan al-haq dan perintah sebagai dasar perbuatan dan menjalankan ibadah kepada Alloh عزّوجلّ semata-mata karena perintah dari Alloh سبحانه و تعالي dan bukan karena kebiasaan atau hawa nafsu.

PERBEDAAN TAWADHU’ DAN MENGHINAKAN DIRI
Kita sering mendengar istilah tawadhu’ dan menghinakan diri. Keduanya sangat berbeda.
• Sifat tawadhu’ muncul karena atas dasar ilmu dan pengetahuannya kepada Alloh عزّوجلّ dan karena pengagungan dan kecintaan kepadaNya serta kesadaran mengintropeksi terhadap aib pribadi.
Semua hal tersebut melahirkan sifat tawadhu’ dalam dirinya. Hatinya tunduk kepada Alloh سبحانه و تعالي, patuh dan berserah diri serta mempunyai sifat kasih sayang kepada manusia. Ia melihat tidak mempunyai keutamaan atas orang lain dan ti-dak merasa benar sendiri atas orang lain. Akhlak semacam ini hanyalah pemberian Alloh عزّوجلّ kepada hamba-Nya yang dicintai dan yang dimuliakan serta dekat kepadaNya.

• Adapun menghinakan diri adalah merendahkan dan menghinakan dirinya kepada orang lain untuk meraih bagian dan kelezatan syahwatnya. Seperti perendahan diri karyawan karena ingin mendapat sesuatu yang diinginkan dari atasannya, kepatuhan orang yang diajak maksiat kepada orang yang mengajaknya, atau kepatuhan orang yang ingin meraih bagian dunia kepada orang yang ia harapkan.
Semua ini adalah bentuk penghinaan diri dan bukan tawadhu’.

 Alloh عزّوجلّ hanya mencintai orang-orang yang tawadhu’ dan membenci perendahan dan penghinaan diri.
 Imam Ahmad bin Abdurrahman al-Maqdisi رحمه الله mengatakan: “Sikap pertengahan adalah dengan tawadhu’ tanpa merendahkan diri, dan ini adalah terpuji. Sikap tawadhu’ yang terpuji adalah dengan berbuat adil, yaitu memberikan kepada setiap orang yang mempunyai kedudukan haknya.”

CARA MENGGAPAI TAWADHU’
 Berfikirlah dari apa kita diciptakan. Jika seorang muslim bisa mengukur diri, dan menyadari siapa dirinya, dia akan menilai bahwa dirinya adalah insan yang rendah dan hina. Karena manusia bila dilihat dari asal penciptaan berasal dari setetes mani yang keluar dari saluran air kencing, kemudian menjadi segumpal darah, segumpal daging dan akhirnya menjadi seorang insan.
Berawal dari tidak bisa mendengar, tidak melihat dan lemah kemudian menjadi insan yang sempurna penciptaannya. Alloh عزّوجلّ berfirman;
مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ. مِن نُّطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ. ثُمَّ السَّبِيلَ يَسَّرَهُ
 “Dari apakah Alloh menciptakannya? dari setetes mani, Alloh menciptakannya lalu menentukannya, kemudian Dia memudahkan jalannya.” (QS. ‘Abasa [80]: 18-20)
Alloh عزّوجلّ juga berfirman;
 إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَّبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعاً بَصِيراً
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan ia mendengar dan melihat.” (QS. al-Insan [76]: 2)
 Apabila kondisi manusia seperti ini, mengapa ia sombong dan tidak tawadhu’?!
 Imam Ibnu Hibban Asy-Sayfi’i رحمه الله mengatakan: “Bagaimana mungkin seseorang tidak tawadhu’ padahal ia diciptakan dari setetes mani yang hina dan akhir hidupnya ia akan kembali menjadi bangkai yang menjijikkan serta kehidupannya di dunia ia membawa kotoran?”

 Kenalilah diri Anda
 Alloh سبحانه و تعالي berfirman:
 وَلاَ تَمْشِ فِي الأَرْضِ مَرَحاً إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ الأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولاً
 “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. al-Isro’ [17]: 37)
 Syaikh Muhammad Amin as-Syinqithi رحمه الله berkata: “Wahai orang yang sombong, engkau adalah orang yang lemah, hina dan terbatas di dunia ini. Bumi yang engkau berpijak di atasnya, engkau tidak bisa berbuat apapun walaupun engkau injak dengan sekuat tenaga. Jangan angkuh, jangan berjalan di muka bumi ini dengan sombong.”

TELADAN TAWADHU’ RASULULLAH
• Barangsiapa yang ingin membersihkan hatinya dari sifat sombong dan ingin berhias dengan tawadhu’, maka hendaklah ia melihat suri tauladan kaum muslimin yakni Rosululloh صلي الله عليه وسلم. Sungguh Alloh M telah memuji dan menyempurnakan akhlaknya.
• Alloh سبحانه و تعالي berfirman:
• وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. al-Qolam [68]: 4)

Di antara sifat tawadhu’ Rosululloh adalah:
• Rosululloh صلي الله عليه وسلم bersabda:
لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ
“Janganlah kalian berlebihan kepadaku sebagaimana orang-orang Nasrani yang berlebihan kepada Isa bin Maryam. Aku hanyalah seorang hamba. Katakanlah; hamba Alloh dan Rosul-Nya.” (HR. Bukhori: 3445)
• Aisyah رضي الله عنها berkata: “Rosululloh صلي الله عليه وسلم sangat perhatian dalam membantu urusan keluarganya. Apabila telah tiba waktu sholat, beliau bergegas pergi menuju sholat.” (HR. Bukhori: 676)
• Rosululloh صلي الله عليه وسلم bersabda: “Aku makan sebagaimana makannya seorang hamba, dan aku duduk sebagaimana duduknya seorang hamba.”
• Rosululloh صلي الله عليه وسلم melewati sekumpulan anak kecil, kemudian beliau صلي الله عليه وسلم mengucapkan salam kepada mereka. (HR.Bukhori: 6247, Muslim: 2168)
• Rosululloh صلي الله عليه وسلم menjahit sandalnya, menambal bajunya, memeras susu ternak untuk keluarganya dan memberi makan unta. Beliau صلي الله عليه وسلم makan bersama pembantunya dan mengundang orang-orang miskin. Berjalan bersama para janda dan anak-anak yatim untuk memenuhi kebutuhan mereka. Beliau صلي الله عليه وسلم memulai salam lebih dahulu jika bertemu orang lain dan beliau صلي الله عليه وسلم memenuhi undangan orang yang mengundangnya sekalipun dalam sesuatu undangan yang ringan.
• Abu Sa’id al-Khudri رضي الله عنه berkata: “Cintailah orang-orang yang miskin karena aku mendengar Rosululloh صلي الله عليه وسلم bersabda dalam do’anya: “Ya Alloh, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, wafatkanlah aku dalam keadaaan miskin dan masukkanlah aku bersama orang-orang yang miskin pada hari kiamat.”
• Al-Hafizh Ibnu Rojab رحمه الله mengatakan: “Yang dimaksud dengan miskin dalam hadits ini adalah orang yang di dalam hatinya ada rasa tenang, tunduk dan khusyu’ kepada Alloh عزّوجلّ.

MUTIARA TAWADHU’
1. Sahabat mulia Abu Bakr as-Shiddiq رضي الله عنه berkata: “Kami mendapati kemuliaan dalam ketakwaan, kecukupan dalam keyakinan dan kehormatan dalam tawadhu’.”
2. Ummul Mukminin Aisyah رضي الله عنها berkata: “Kalian telah melupakan ibadah yang paling afdhol yaitu tawadhu’.”
3. Fudhail bin Iyadh رحمه الله pernah ditanya tentang tawadhu’, beliau menjawab: “Tawadhu’ adalah engkau tunduk terhadap kebenaran, mengamalkan dan menerimanya dari orang yang mengucapkannya. Sekalipun mendengarnya dari seorang anak kecil maka ia akan menerimanya atau walaupun mendengarnya dari manusia yang paling bodoh maka ia akan tetap menerimanya.”
4. ‘Urwah bin Wardi رحمه الله berkata: “Tawadhu’ adalah salah satu tujuan kemuliaan. Setiap nikmat pasti ada yang hasad kecuali tawadhu’.”
5. Ibrohim bin Adham رحمه الله berkata: “Tidak pantas bagi seseorang untuk merendahkan dirinya di bawah kedudukannya. Dan janganlah dia mengangkat dirinya di atas kedudukannya”.

Demikian indahnya sifat tawadhu’. Ya Alloh, tunjukilah kami agar bisa berhias dengan akhlak yang mulia dan jauhkanlah kami dari sifat yang tercela. Jadikanlah kami mulia dengan tawadhu’, Amiin.
Allohu A’lam

Alwafi Fauzi - 17.37

Sabtu, 09 Maret 2013

APA ARTI HIDUP (3)

Sabtu, 09 Maret 2013

قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِندِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِن قَبْلِهِ مِنَ القُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعاً وَلَا يُسْأَلُ عَن ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ
Karun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka (QS.28:78)

Sahabat, manusia umumnya gemar menumpuk atau menimbun harta. Namun mungkin tak pernah disadari bahwa harta mereka yang hakiki. Harta hakiki adalah yang disuguhkan pada kebaikan, yang habis ditunaikan dijalan Allah swt.

Banyak orang berlomba-lomba mencari harta dan menabungnya untuk simpanan di hari tuanya. Menyimpan harta tentunya tidak dilarang selagi ia mencarinya dari jalan yang halal dan menunaikan apa yang menjadi kewajibannya atas harta tersebut, seperti zakat infaq dan nafkah yang wajib.

Namun ada tabungan yang jauh lebih baik dari itu, yaitu amal ketaatan dengan berbagai bentuknya yang ia suguhkan untuk hari akhir nanti. Sebuah hari, dimana waktu itu tidak lagi bermanfaat adanya harta, anak, dan kedudukan. Yang bermanfaat hanyalah record amalan dengan parameter dasar dan keikhlasan.

Harta memang membuat silau para pecintanya dan membius mereka sehingga seolah harta segala-galanya. Tak heran jika banyak orang menempuh cara yang tidak dibenarkan oleh syariat dan fitrah kesucian seperti korupsi, suap, menipu dan bahkan mencuri. Padahal betapa banyak orang bekerja namun ia tidak bisa mengenyam hasilnya. Tidak sedikit pula orang menumpuk harta namun belum sempat ia merasakannya, kematian telah menjemputnya sehingga hartanya berpindah kepada orang lain. Orang seperti ini jika tidak memiliki amal kebaikan maka ia rugi di dunia dan di akhirat. Sungguh betapa sengsaranya. Maksud hati ingin hidup 1000tahun apadaya takdir menjemput dimasa kesuksesannya.

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَاباً وَخَيْرٌ أَمَلاً
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS.18:46)

مَا عِندَكُمْ يَنفَدُ وَمَا عِندَ اللّهِ بَاقٍ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُواْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS.16 : 96)

Kasih sayang Allah Swt terhadap hamba-Nya begitu luas. Kalau saja orang kafir dan ahli maksiat di dunia ini masih selalu diberi rizki oleh Allah Swt, padahal mereka berada di atas kesesatannya, MAKA tentunya orang yang beriman dan beramal shalih akan mendapatkan berbagai limpahan nikmat dan karunia-Nya di dunia ini, serta terus bersambung hingga di hari kiamat nanti.

Tentunya yang menjadi kunci adalah Ihtiar dan Doa. Sehingga Allah tidak segan mengalirkan rizki yang Halal, cukup dan berkah untuk hamba beriman. Sedangkan untuk orang kafir dan ahli maksiyat hanya akan menambah kesesatannya.

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS.16:97)

Orang yang menggabungkan antara iman dan amal shalih akan Allah Swt beri kehidupan yang baik di dunia ini, berupa tentramnya jiwa dan rizki yang halal lagi baik. Adapun di akhirat kelak, dia akan memperoleh berbagai kelezatan yang mata belum pernah melihatnya, telinga belum pernah mendengarnya, dan belum pernah terbetik dalam hati manusia. Itulah bentuk luasnya cinta Allah Swt di akherat dengan dilipatgandakannya pahala amalan. Dan hanya berlaku untuk hamba beriman.

مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَن جَاء بِالسَّيِّئَةِ فَلاَ يُجْزَى إِلاَّ مِثْلَهَا وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (QS.6:160)

‘Aisyah RA pernah menuturkan bahwa dahulu sahabat menyembelih kambing, maka Nabi Saw bertanya: “Apa yang masih tersisa dari kambing itu?” ‘Aisyah berkata: “Tidak tersisa darinya kecuali tulang bahunya.” Nabi Saw bersabda: “Semuanya tersisa, kecuali tulang bahunya.” (HR. At-Tirmidzi).

Maksudnya, apa yang kamu sedekahkan maka itu sebenarnya yang kekal di sisi Allah Swt dan yang belum disedekahkan maka itu tidak kekal di sisi-Nya.

Wahai sahabat, gunakanlah waktu yang sempit dan umur yang misterius didunia ini. Lekas konversikan harta dalam bentuk amalan kebaikan. Utamakanlah mengisi tabungan untuk Akherat dibandingkan dunia, agar kita beruntung di kehidupan yang abadi kelak.

Alwafi Fauzi - 00.07

Jumat, 08 Maret 2013

APA ARTI HIDUP

Jumat, 08 Maret 2013

Apa Arti Hidup ini ya ??? demikianlah kata-kata yang pernah terlintas dalam benak semua makhluk Allah SWT yang namanya manusia, pertanyaan tersebut tidak salah. Dan jawabannya juga berbeda-beda tergantung kemampuan berpikir dan ilmu masing-masing.
Allah telah memberi petunjuk kepada semua manusia dalam (QS 57:20) yang artinya :
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu
Kepuasan, terhadap duniawi tidak akan pernah ada ! bagi mereka yang berwatak serakah bin tamak bin reakus bin ngragas. punya uang melimpah bukan jaminan hidupnya tenteram. kesombongan dan kepongahanlah yang justru menimpa mereka. Dengan berbagai usaha mereka terus mencari kesenangan dunia itu. menjual harga diri, menjual malu menjual segala yang berakibat buruk tak di hiraukan TUJUAN MEREKA ADALAH SENANG DENGAN PERHIASAN DUNIA DAN LUPA DENGAN TUJUAN DAN KESENANGAN YANG SESUNGGUHNYA.
Ada manusia yang fasih membaca QS : 3:197 yang artinya :Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahanam; dan Jahanam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.
bahkan manusia itu mengatakannya di muka saudara-saudaranya di pengajian-pengajian dengan berapi-api.

Ada yang berkata dosa itu seperti semut hitam berjalan di atas batu hitam di tengan malam keterangan selanjutnya
...


قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِندِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِن قَبْلِهِ مِنَ القُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعاً وَلَا يُسْأَلُ عَن ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ
Karun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka (QS.28:78)

Sahabat, manusia umumnya gemar menumpuk atau menimbun harta. Namun mungkin tak pernah disadari bahwa harta mereka yang hakiki. Harta hakiki adalah yang disuguhkan pada kebaikan, yang habis ditunaikan dijalan Allah swt.

Banyak orang berlomba-lomba mencari harta dan menabungnya untuk simpanan di hari tuanya. Menyimpan harta tentunya tidak dilarang selagi ia mencarinya dari jalan yang halal dan menunaikan apa yang menjadi kewajibannya atas harta tersebut, seperti zakat infaq dan nafkah yang wajib.

Namun ada tabungan yang jauh lebih baik dari itu, yaitu amal ketaatan dengan berbagai bentuknya yang ia suguhkan untuk hari akhir nanti. Sebuah hari, dimana waktu itu tidak lagi bermanfaat adanya harta, anak, dan kedudukan. Yang bermanfaat hanyalah record amalan dengan parameter dasar dan keikhlasan.
Harta memang membuat silau para pecintanya dan membius mereka sehingga seolah harta segala-galanya. Tak heran jika banyak orang menempuh cara yang tidak dibenarkan oleh syariat dan fitrah kesucian seperti korupsi, suap, menipu dan bahkan mencuri. Padahal betapa banyak orang bekerja namun ia tidak bisa mengenyam hasilnya. Tidak sedikit pula orang menumpuk harta namun belum sempat ia merasakannya, kematian telah menjemputnya sehingga hartanya berpindah kepada orang lain. Orang seperti ini jika tidak memiliki amal kebaikan maka ia rugi di dunia dan di akhirat. Sungguh betapa sengsaranya. Maksud hati ingin hidup 1000tahun apadaya takdir menjemput dimasa kesuksesannya.

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَاباً وَخَيْرٌ أَمَلاً
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS.18:46)

مَا عِندَكُمْ يَنفَدُ وَمَا عِندَ اللّهِ بَاقٍ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُواْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS.16 : 96)

Kasih sayang Allah Swt terhadap hamba-Nya begitu luas. Kalau saja orang kafir dan ahli maksiat di dunia ini masih selalu diberi rizki oleh Allah Swt, padahal mereka berada di atas kesesatannya, MAKA tentunya orang yang beriman dan beramal shalih akan mendapatkan berbagai limpahan nikmat dan karunia-Nya di dunia ini, serta terus bersambung hingga di hari kiamat nanti.

Tentunya yang menjadi kunci adalah Ihtiar dan Doa. Sehingga Allah tidak segan mengalirkan rizki yang Halal, cukup dan berkah untuk hamba beriman. Sedangkan untuk orang kafir dan ahli maksiyat hanya akan menambah kesesatannya.

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS.16:97)

Orang yang menggabungkan antara iman dan amal shalih akan Allah Swt beri kehidupan yang baik di dunia ini, berupa tentramnya jiwa dan rizki yang halal lagi baik. Adapun di akhirat kelak, dia akan memperoleh berbagai kelezatan yang mata belum pernah melihatnya, telinga belum pernah mendengarnya, dan belum pernah terbetik dalam hati manusia. Itulah bentuk luasnya cinta Allah Swt di akherat dengan dilipatgandakannya pahala amalan. Dan hanya berlaku untuk hamba beriman.

مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَن جَاء بِالسَّيِّئَةِ فَلاَ يُجْزَى إِلاَّ مِثْلَهَا وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (QS.6:160)

‘Aisyah RA pernah menuturkan bahwa dahulu sahabat menyembelih kambing, maka Nabi Saw bertanya: “Apa yang masih tersisa dari kambing itu?” ‘Aisyah berkata: “Tidak tersisa darinya kecuali tulang bahunya.” Nabi Saw bersabda: “Semuanya tersisa, kecuali tulang bahunya.” (HR. At-Tirmidzi).

Maksudnya, apa yang kamu sedekahkan maka itu sebenarnya yang kekal di sisi Allah Swt dan yang belum disedekahkan maka itu tidak kekal di sisi-Nya.

Wahai sahabat, gunakanlah waktu yang sempit dan umur yang misterius didunia ini. Lekas konversikan harta dalam bentuk amalan kebaikan. Utamakanlah mengisi tabungan untuk Akherat dibandingkan dunia, agar kita beruntung di kehidupan yang abadi kelak.

Alwafi Fauzi - 23.06

Senin, 04 Maret 2013

Menumbuhkan Perilaku Sopan Santun dan Lembut Hati

Senin, 04 Maret 2013

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah, Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad, keluarga sahabat dan seluruh pengikut beliau. Segala puji bagi Allah, perilaku lembut hati, penuh kasih sayang adalah termasuk sifat-sifat mulia, sifat-sifat para manusia calon ahli surga, sebagaimana sabda-sabda Rasulullah Muhammad SAW yang artinya

Dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda: ” Maukah aku kabarkan kepadamu orang yang diharamkan masuk neraka atau orang yang nereka itu haram baginya?, (Neraka itu) diharamkan atas setiap orang yang halus, lembut dan mudah [HR. Thirmidzi, ia berkata: "Hadits Hasan", dan Ibnu Hibban dalam shahihnya]

Dari Jarir bin Abdullah RA, ia berkata : Bahwasanya nabi SAW bersabda : ” Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla memberi kepada orang yang kasih sayang apa-apa yang tidak diberikan kepada orang yang pandir(bodoh). Dan apabila Allah mencintai kepada seorang hamba, Allah memberinya sifat kasih sayang. Dan Tiadalah suatu keluarga yang terhalang kasing sayang, melainkan mereka terhalang pula dari kebaikan”. [HR. Thabrani, Muslim dan Abu Dawud]

Sifat kasih sayang dalam diri manusia dapat ditumbuhkan dengan meninggalkan kebodohan serta rajin menuntut ilmu Al-Islam dan kemudian berusaha diamalkan. Ilmu-ilmu yang diberikan oleh Allah kepada Rasulullah Muhammad SAW bila diamalkan dengan sungguh-sungguh akan mendatangkan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya, sehingga bila Allah telah mengasihi hamba-hamba-Nya, Allah pulalah yang akan meletakkan sifat-sifat kasih sayang (Rahmat Allah) kepada makhluq-makhluqnya tersebut.
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda: ” Sesungguhnya Allah itu Maha Kasih Sayang dan senang kepada kasih sayang dalam segala urusan”. [HR. Bukhari dan Muslim]

Dari Ibnu ‘Abbas Ra,ia berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda kepada Al-Asyajji: ” Sesungguhnya pada dirimu itu ada dua perangai yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, yaitu penyantun dan shabar [HR. Muslim]
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata : Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Kecintaan Allah adalah pasti atas orang yang dibuat marah tetapi ia berlaku santun (tidak membalas)”. [HR Al-Ashbihani]

Dalam suatu masyarakat yang masih memegang teguh Al-Qur’an dan As-Sunnah dan benar-benar membersihkan dari segenap godaan dan rayuan kemaksiyatan, akan banyak ditemukan manusia-manusia yang berperangai lembut, penuh sopan santun dan kasih sayang.
Namun suasana zaman dihari ini, di NEGRI ini, dimana setiap orang dengan terang-terangan atau sembunyi-sembunyi telah bisa melihat tayangan-tayangan kejahatan, kekerasan, kebrutalan, kebengisan, kegarangan, kemarahan, kekejaman, kekejian, yang ditampilkan dari berbagai jenis MULTI MEDIA.

Walaupun diamana-mana merebak pengajian-pengajian yang mengajak orang keluar dari kebodohan, mengajak orang untuk menjadi orang shalih, namun masih saja umat manusia terkontaminasi dengan rangsangan-rangsangat kekejian dan kejahatan tersebut. Sehingga walaupun rajin mengaji, namun belum pula tumbuh iman dan kasih sayang, sopan santun dan kelembutan hati.
Allah telah melarang umat beragama untuk mengkonsumsi tayangan-tayangan hiburan kejahatan yang ditawarkan oleh orang-orang yang tidak beriman. Karena tayangan kejahatan yang dilihatnya itu akan menghapus ilmu dan iman yang sudah dikajinya dengan susah payah. Manusia harus sadar bahwa hidup yang singkat ini tidak boleh lengah dan bermanja-manja dengan hiburan yang merusak iman dan akhlaqnya.

Dan janganlah kamu campur-adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui. (QS. 2:42)

Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan antara yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui. (QS. 3:71)

Hiburan-hiburan yang salah bila dikonsumsi, baik sengaja atau tanpa sengaja akan melunturkan dan merusak keimanan, kesholihan dan kearifan yang sedang dibangun. Sehingga menjadi rusak dan cerai berai kembali
Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, ……………….(QS. 16:92)

Umat Islam yang ingin mendapatkan kasih sayang Allah di dunia dan di akherat harus menjauhi segala hal-hal yang dilarang oleh Allah. Pikiran, hati dan perasaan harus dijauhkan dari segala kekotoran , kekejian, dan kejahatan.
Jangan sampai masuk ke dalam perangkap sebagaimana orang sering mengatakan tontonan dadi tuntunan, tuntunan dadi tontonan” Menjaga amal memang lebih berat dibandingkan beramal itu sendiri. Semoga Allah memberi kekuatan kepada kita untuk meninggalkan hiburan-hiburan yang merusak dan kita bisa memproduksi hiburan-hiburan yang Halal dan Thoyib, yang akan mengokohkan iman dan kearifan kita. Wallahu ‘alam.

Alwafi Fauzi - 18.52